Friday, December 15, 2006

cerpen kisah cinta


CINTA NGGAK AKAN DATANG DUA KALI


Seperti kupu-kupu, tak pernah lelah aku mencarimu.
Biarpun luka, aku tetap mengagungkan cinta.
Hingga siang berganti malam, kamu adalah mimpi indahku.
Tetaplah di sini, di hatiku....


Dara sambil tersenyum, menutup SMS yang dikirim Adel kepadanya. SMS ke seratus enam puluh kali, yang dikirim laki-laki sederhana itu, bener-bener menggetarkan hatinya.
“Kenapa, Ra? Dari Adel lagi ya?”
“Yap. Ke seratus enam puluh kali!”
“Hah?!” Vika melongo. “Sampe diitungin gitu!”
“Lihat ni. Baca aja!” Dara menunjukkan SMS pada Vika, sahabatnya. Vika menggeleng-geleng takjub.
“Gile. Romantis banget?! Dia cinta banget sama kamu, Ra!”
ucap Vika.
“Iye. Aku tahu….”
“So? Apa lagi? Jadian aja. Apa sih susahnya???”
“Ya, kamu tahu si Adel kan?”
“Tahu. Emang kenapa? Dia baik. Wajahnya nggak jelek-jelek amat….
“Aku ngerti. Tapi aku nggak bisa nerima sikap dia….”
”Kenapa? Dia kurang tajir?”
“Enggak!”
“Dia kurang ngetop?”
“Bukan itu. Maksudku, Adel kan bukan tipeku….” Akhirnya Dara menjawab lirih.
“Aduh. Kamu ini aneh banget. Kurang apa sih si Adel? Kamu mau cari cowok seperti apa?”
“Kayak Steve….”
“Steve? Si bule norak itu???”
“Hush! Sembarangan. Dia itu bule keren. Cakep, putih, atletis, jago basket, royal banget, gayanya cuek, kalau pakai baju matching banget….”
“Aduh, Ra. Wake up. Steve itu oke di luar aja. Dalemnya kamu nggak tahu kan?”
Dara menggeleng.
“Aku tahu sampe dalem-dalemnya!”
Dara melongo.
“Maksud kamu… Ya ampun, Vik. Kamu pernah ngintip dia mandi ya???” Dara bengong dengan khusyu.
“Yeee, tulalit amat sih. Maksudku, hati dia. Dia itu secara pribadi, kata pak ustad secara akhlak, nggak baik! Dia itu suka ganti-ganti cewek!” papar Vika.

“Aku ngerti. Tapi….”
“Udah deh. Kamu terima aja si Adel. Kamu pasti bahagia dunia akherat kalau sama dia!”
“Hiperbol banget sih. Masak sampai akherat?”
“Iya dong! Adel itu alim! Kalau kita pacaran sama cowok alim, siapa tahu nanti kita akan tertular alimnya. Trus kita jadi better….”
Dara ngangguk-angguk ngantuk.
Yang jelas, obsesi Dara pengin jadian sama Steve sampai detik ini nggak juga ilang. Steve anak baru yang keturunan Prancis.
Tapi udah berkali-kali Dara ngedeketin Steve, Steve cuek-cuek aja. Padahal Dara tahu bener kalau Steve nggak punya cewek tetap hingga detik ini.
Pendekatan lebih kenceng lagi? Gengsi dong ah….
Hingga suatu ketika, pas Dara dateng di acara diskusi tentang Pacaran Yang Sehat, ia bertemu satu sosok sederhana bernama Adel, yang duduk di sebelahnya saat seminar berlangsung. Pertemuannya, saat makan snack dengan cueknya pakai tangan kiri, Adel langsung menyapanya.
“Kok nggak pake tangan kanan? Yang kanan baik-baik saja kan tangannya?” tegur Adel sopan sambil tersenyum.
Dara sadar. Ia memindah kue ke tangan sebelah kanannya.
“Trims…” itu saja yang keluar dari mulut Dara. Dan keduanya meneruskan konsen berdiskusi. Dara sih sadar kalau diam-diam Adel sering meliriknya. Tapi Dara nyante-nyante aja. Nggak ada keinginan untuk kenalan sama sekali. Dia nggak sekeren Steve sih!
Nggak lama kemudian, pas pulpennya jatuh, reflek Dara dengan latah berucap, “e... copot!” lagi-lagi cowok itu berkomentar.
“Daripada bilang e... copot, mending baca istighfar. Kita kan anak Rohis. Harus jadi cerminan kebaikan kan?” katanya santai.
Ih, Dara empet banget.
Apa-apa dikomentari. Apa-apa diralat.
“Emangnya kamu ustadzah???? Dari tadi ngomentari terus!”
Adel ketawa.
“Aku bukan ustadzah. Ustadzah kan cewek….” Cowok itu tertawa lucu.
Ih, dengan bete Dara pindah kursi ke depan. Aman. Nggak akan ada lagi yang komentar.

Mau nungging kek, mau kesedak kek. Bebas…. Nggak ada yang ngasih komentar lagi.
Begitu acara selesai Dara langsung cabut.
Pulang ke rumah, pengen cepet bobok. Capek….
Dan baru saja Dara mejamin mata, ia tersentak bangun.
“My handphone!!!!”
Dara membongkar semua tasnya.
Nggak ada!
Dan ketika ia mencoba mengingat-ingat, tiba-tiba bel rumahnya berdentang.
“Mbok, buka pintu!”
“Mbok lagi sibuk, Non…. Non saja yang buka pintu….” Jawab si Mbok.
Ih, makin bete deh. Si mbok selalu begitu kalau disuruh. Ada saja alasannya.
Dara masuk ke kamar makan.
DI kamar makan, si mbok lagi nonton sinetron sambil nangis-nangis.
“Sibuk apaan sih, Mbok? Lagi nonton sinetron gitu dibilang sibuk! Maksa amat sih!!!”
“Iya, Non. Nonton sinetron kan juga sudah jadi salah satu kesibukan, si Mbok. Iya kan? Non buka pintu sendiri ya???” pinta Mbok Nah tulus.
Hiii.
Daripada lama, Dara membuka pintu. Dan Dara kaget setengah mati. Cowok yang dia temui di acara diskusi Rohis pelajar SMU se-DKI udah di depan pintu. Dengan senyumnya yang sederhana.
“Assalamu’alaikum….”
“Wa’alaikumsalam… Mau apa lagi sih? Mau nyeramahin ya? Aduh, udah deh. Ke mushola aja….” Kata Dara cuek.
“Dara…. Aku ke sini mau….”
“Mau ngasih tahu kalau kamu jago agama ya? Mau bikin aku jadi better? Lain kali aja ya? Aku mau bobok siang!”
“Tunggu, aku mau ngasihin hp kamu. Tadi hp kamu aku temuin di bawah kursi pas kita ikutan acara diskusi….” Jawabnya tenang sambil menunjukkan hp Dara.
What???
“Hp-ku!!!” dengan cepat Dara mengambil hp itu.
“Aduh, thanks banget! Baru aja kelimpungan nyari….” Wajah Dara langsung berubah jadi hepi.
“Kebetulan tadi ada telpon masuk, dari teman kamu, Vika. Aku nanya alamat kamu agar bisa balikin ni hp. Vika yang ngasih tahu. Okey? Aku pamit dulu ya? Assalamu’alaikum…” cowok itu siap meninggalkan rumah Dara.
“Walaikumsalam. Tapi tunggu!”
“Ada apa….”
“Aku musti ngucapin terima kasih sama kamu. Kamu udah nolongin aku. Minum dulu ya? Memuliakan tamu kan dapat pahala!” kata Dara. Dan Dara tersadar. Wah, kata-kata dia jadi ikut-ikutan baik.
“Asal nggak ngerepotin aja…”
“Nggak kok! Suer. Tunggu sebentar ya?” Dara dengan hepi menuju ke kamar makan.
“Mbok! Sini!”
“Ada apa, Non? Si Mbok sedang si…”
“Sibuk nonton sinetron? Udah deh, Mbok! Kali ini nggak ada alasan lagi. Bikinin minum ya?”
“Buat siapa, Non? Beliin teh botol saja ya? Yang praktis walau tidak ekonomis!”
“Ih, si Mbok. Maunya enak aja. Bikinin es sirop apa susahnya?” Dara mulai bete. Abis pembokatnya itu maniak banget nonton sinetron Indonesia. Dari sinetron bermutu sampai yang tidak bermutu, semua sukses ditonton.
Kali kalau ada kuis Who Wants to be Millionaire edisi sinetron, Mbok Nah pasti pemenangnya dan akan membawa hadiah ratusan juta rupiah.
Semua dialog dia apal.
Scene berapa pas bintang utama nangis juga apal.
Kembali ke masalah Dara dan Adel. Kini keduanya sudah saling duduk berhadap-hadapan di kursi.
“Makasih ya, kamu baik. Sorry, aku sempet jutek sama kamu….” Dora membuka percakapan.
“Nggak papa. Aku seneng kamu sudah mau bersahabat denganku…” jawab Adel nggak kalah senangnya.
Itulah awal pertemuan Dara dengan Adel.
Dan sejak itulah Adel terus berusaha mendekati Dara. Tapi Dara tetep keukeuh karena merasa Adel bukan tipenya.
“Non, nggak ada yang sempurna di dunia ini. Mbok Nah rasakan banget. Dulu Mbok merasa punya suami tukang ojek itu paling sempurna dalam hidup Mbok, karena ke mana-mana ada yang nganter, nggak perlu naik kebo. Ternyata setelah Mbok nikah dengan tukang ojek, hidup Mbok juga susah! Lalu Mbok merasa paling sempurna hidup Mbok kalau nikah dengan lelaki yang kaya. Eh, Mbok dinikahi pak Carik yang kaya raya. Ternyata Mbok disia-siain sama dia. Mbok jadi istri ke dua belas….” Si mbok tersedu.
“Apa Mbok? Ke dua belas???”
Si mbok mengangguk.
“Belum selesai lagi Non. Si Mbok pernah merasa juga kalau laki-laki yang sempurna itu yang pinter berenang karena badannya keker. Ternyata enggak. Setelah nikah, dia masuk angin terus. Mbok tiap malam hanya ngerokin dia kerjaannya….” Kata si mbok pilu.
“Wah, Mbok playgirl juga ya?” kata Dara.
“Iya sih, Non….” Jawab mbok Nah geer.
“Emang playgirl itu apa, Mbok?”
“Itukan kalau badan suka rematik?” jawab mbok.
“Yeeee, itu mah pegel Mbok!”
Simbok tetep nggak ngeh.
Hingga akhirnya, Dara mendapat berita yang sangat menyesakkan hati. Suatu ketika Steve ditangkap polisi gara-gara ketahuan memakai obat-obatan terlarang!
Dara shock!
Dara stres berat!!!
“Udah, Ra. Hentikan mimpimu untuk menemukan cowok yang sempurna. Lihat apa yang ada di hadapanmu. Tiap orang punya kelebihan dan kekurangan kok…. Kamu tinggal sempurnakan kekurangan dia, dan kamu jadikan guru kelebihan dia….” Komentar Vika.
“Jadi?”
“Iya, terima aja si Adel. Dia sabar, baik, dan sayang sama kamu. Jangan sampai kamu kecewa. Belum tentu ada cowok yang lebih baik dari si Adel. Yang sayang sama kamu luar dalem!”
Dara mulai memikirkan masukan sahabatnya.
Hingga beberapa minggu kemudian, setelah sholat Tahajud, setelah tanya kanan-kiri, setelah cari info tentang siapa Adel, dengan pede dan yakin, Dara ngajak ketemu Adel, untuk ngajak Adel pacaran.
“Apa, Ra?” Adel nampak kaget, nggak percaya.
“Iya, Del. Setelah aku pikir-pikir, aku timbang-timbang, aku rasa-rasa, kayaknya kini saatnya aku katakan sama kamu, bahwa…..”
“Apa, Ra?” tanya Adel nggak sabar.
“Di…da….. Aku nerima kamu Adel! Aku mau jadi pacar kamu!” kata Dara riang.
Adel tersenyum.
Lalu bengong karena tersadar.
“What???”
“Kita jadian, Del! Aku sekarang jadi milikmu! Cewekmu!! Aku mau sama kamu!!”
“Tapi….”
“Tapi apa??? Udah deh. Pede aja sama aku. Aku nggak bakal nuntut kamu untuk jadi cowok sempurna kok!”
“Tapi…”
“Apa? Jangan khawatir. Aku akan menyayangi kamu walau perlahan….” Potong Dara lagi.
“Tapi… maksudku…. Nggak mungkin Dara. Aku baru jadian dengan temen sekelasku dua hari lalu… Maaf ya…. Kamu nggak marah kan????” kata Adel pelan dan tegas.
Dara bengong…
Malu banget….
Inilah. Kadang rumput tetangga emang lebih hijau. Bener banget pepatah itu…. Dan sesuatu kadang tidak akan terulang untuk ke dua kalinya…..
Asli!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home