Tuesday, December 26, 2006

Longsor di Madina, 25 Pengungsi Tewas
Selasa 26 Desember 2006


MANDAILING NATAL (RP)- Tepat sepekan setelah dihajar gempa, musibah kembali terjadi di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara, Ahad (24/12) malam lalu. Tanah longsor menerjang permukiman di Dusun Godang, Kecamatan Muara Sipongi, yang pekan lalu menjadi korban gempa.

Akibat longsor yang terjadi pukul 20.00 WIB itu, sedikitnya 25 orang tewas dan 13 orang lain terluka. Para korban itu adalah pengungsi yang baru sehari tiba di kampungnya. Sebelumnya, mereka mengungsi di Balai Desa Kotanopan. Sejak Sabtu (23/12) lalu, para pengungsi ini dipulangkan ke kampung mereka secara bertahap.

Data yang diperoleh dari Kepala Bagian Humas Pemkab Madina, Faisal Nasution, hingga pukul 19.30 WIB tadi malam, dari 25 korban tewas dua di antaranya adalah anggota TNI dan 23 orang penduduk sipil. Jumlah korban tersebut diyakini akan bertambah karena petugas masih melakukan pencarian di timbunan longsor. Selain korban jiwa dan luka-luka, puluhan rumah rusak parah.

RPG melihat, pencarian korban terus dilakukan oleh tim SAR gabungan anggota TNI dan kepolisian serta dibantu warga. Timbunan tanah longsor terus digali.

Dandim 0212/TS Letkol Inf Warsito mengatakan, pencarian juga dilakukan dengan menelusuri kawasan sepanjang Sungai Mamurak. Sebab, diyakini ada korban yang terseret tanah longsor ke sungai itu.

Menurut warga, longsoran bukit menyapu permukiman di kaki bukit itu. Tekanan longsoran sangat kuat hingga mampu menyapu dua perumahan di seberang Sungai Mamurak yang membelah desa. Tanah longsoran dan rongsokan rumah-rumah sempat menimbun badan jalan Lintas Sumatera sepanjang sekitar 10 meter. Namun, Senin pagi, jalur negara itu sudah terlewati bus-bus besar. Dua unit alat berat yang dikerahkan Pemkab Madina sejak Minggu malam bekerja membersihkan badan jalan.

Sementara itu, 13 orang yang mengalami luka-luka sudah dirawat di Puskesmas Kotanopan. Mereka dilarikan sejak Minggu malam ke puskesmas yang berjarak sekitar 18 kilometer dari Kelurahan Pasar Muara Sipongi. Untungnya, mereka hanya mengalami luka ringan.

’’Yang terparah hanya pasien bernama Ibrahim berumur 35 tahun. Telapak kakinya koyak saat memberikan pertolongan ketika longsor terjadi. Telapak kakinya terpaksa dijahit 16 jahitan. Lainnya hanya luka ringan seperti lecet,’’ ungkap Dr Saleh Rusman Parinduri, petugas Puskesmas Kotanopan, kepada wartawan kemarin.

Nama-nama korban meninggal adalah Serma Irwan Daulay, 48; Pelda SD Simorangkir (keduanya anggota Kodim 0212/TS); Maksul, 35; Siti Hajar, 70; Aminah, 28; Inopan (4 hari); Yuli, 9; Asmini, 38; Cedi, 35; Riswan, 40; Risma alias Upik, 36; Sepriadi, 4,5; Gusti, 36; Sonita, 4; Darma, 33; Ruslan, 52; Yunus Lubis, 47; Syafri, 50; Ichsan Taufik, 32; Ade Lisa, 5; dan Aspin, 40.

Empat jenazah lainnya belum diketahui identitasnya. Sejauh ini, sekitar enam orang dinyatakan masih hilang dan tiga orang sudah diketahui identitasnya, seorang di antaranya anggota Kodim 0212/TS Pelda SD Simorangkir.

Dandim 0212/TS Letkol Inf Warsito kepada wartawan koran ini menyatakan, Simorangkir dan Serma Irwan Daulay sedang bertugas saat longsoran tebing menerjang desa itu. Dua nama lain yang hilang adalah Yustina dan anaknya, Ansyori, 10. Kedua nama ini diketahui dari sang suami, Khoiruddin, yang kini masih dirawat di Puskesmas Kotanopan. Menurut Khoiruddin, istri dan anaknya tersebut tak sempat terselamatkan.

Di antara para korban tewas, ada yang masih berumur empat hari, yaitu Inopan. Bayi itu lahir di pengungsian, tapi kemudian ikut tewas tertimbun longsoran bersama ibunya, Aminah. Mereka berdua meninggal dalam timbunan tanah dan material rumahnya. Sang ayah, Asmin, 34, kini terbaring di Puskesmas Kotanopan akibat luka-luka.

Saat wartawan koran ini menjenguk Asmin di Puskesmas Kotanopan, lelaki itu masih tertidur lesu. ’’Dia masih belum stabil karena anak dan istrinya sudah tiada,’’ ujar Khoiruddin, tetangga Asmin yang juga korban luka.

Menurut dia, selama mereka dirawat seruangan di puskesmas tersebut, Asmin sesekali mengaku sedih karena anaknya, Inopan, tak pernah mengecap lingkungan normal selama hidupnya yang hanya empat hari. ’’Inopan lahir di pengungsian, lalu meninggal ditimbun longsor. Dia dan ibunya diterjang tanah,’’ ungkap Khoiruddin menirukan keluhan Asmin.

Nasib Khoiruddin tak jauh berbeda dari Asmin. Khoiruddin yang memiliki tiga anak itu juga kehilangan dua anggota keluarga, yakni istrinya, Yustina, dan seorang anaknya, Ansyori. Hanya dia dan dua anaknya yang lain bernama Akhyar Fadlan, 13, dan Rahmaini, 9, yang selamat.

Dia mengaku tak sempat menyelamatkan Yustina dan Ansyori. Sebab, longsoran bukit itu datang tiba-tiba. Hanya dalam hitungan detik, rumahnya tergulung tanah longsor. ’’Saat itu, kami baru selesai makan malam. Saya dan kedua anak saya yang selamat sudah berada di teras rumah. Yustina dan Ansyori masih di dalam,’’ ujarnya.

Awalnya, dia mendengar gemuruh di bukit belakang rumah. Namun, belum sempat dia melihat hal yang sebenarnya terjadi, tanah tiba-tiba sudah menghantam rumah. Dalam hitungan detik, dia merangkul kedua anaknya dan menghambur berlari. Dia masih berpaling bermaksud menolong Yustina dan Ansyori dalam rumah. Namun, saat itu, rumahnya sudah tertimbun.

’’Saya tak bisa membayangkan perasaan saya waktu itu. Mencekam bercampur kehilangan. Dalam hitungan detik, saya tak tahu harus berbuat apa, melepaskan kedua anak saya yang saya rangkul atau menyelamatkan Yustina dan Ansyori. Pikiran saya kacau,’’ ungkapnya.

Menit-menit berikutnya, Khoiruddin mengaku tak merasakan apa-apa, kecuali merasakan kekuatan kedua tangannya yang masih merangkul kedua anaknya. Akhirnya, dia terus berlari di antara puluhan orang yang berlarian panik.

Wapres Kaget
Bencana banjir dan tanah longsor diperkirakan terus terjadi selama musim hujan. Wakil Presiden Jusuf Kalla memerintahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk menyediakan dana operasi kemanusiaan.

Menurut Kalla, pemerintah akan selalu menyediakan dana untuk kemanusiaan. ’’Berapa pun dana yang diperlukan akan disediakan. Tidak boleh ada operasi kemanusiaan yang terkendala karena alasan dana,’’ kata Kalla usai menerima panitia turnamen sepak bola Piala M Jusuf di kediamannya, Jalan Diponegoro, kemarin.

Kalla merasa prihatin atas semakin bertambahnya korban banjir dan tanah longsor. Apalagi, kemarin baru saja terjadi longsor di Muara Sipongi, Mandailing Natal, Sumut, yang menewaskan puluhan warga.

Malam sebelum longsor terjadi, Kalla menelepon Pelaksana Gubernur Sumut Rudolf Matzoka Pardede. Saat itu, belum ada laporan longsor dan jatuh korban meninggal. ’’Saya kaget sekali begitu hari ini (kemarin, red) mendengar jatuh korban lagi di Sumut,’’ katanya.

Pemerintah, kata Kalla, meminta agar korban tetap tabah dan mengantisipasi segala kemungkinan yang bakal terjadi. ’’Ini baru awal musim hujan. Masih banyak kemungkinan lain. Ini akibat wilayah di Indonesia menjadi pusat perhatian dunia sebagai daerah rawan bencana,’’ kata ketua umum Partai Golkar tersebut.

Saat ini, Bakornas, kata Kalla, mengantisipasi semua wilayah yang berpotensi banjir. ’’Semua bupati yang daerahnya rawan banjir sudah diberi tahu dan diingatkan. Mudah-mudahan efektif,’’ ujarnya

0 Comments:

Post a Comment

<< Home