Tuesday, February 13, 2007

Islam dan Argumentasi Penolakan Valentine.


Dari berbagai macam warna dan bentuk aktualisasi perayaan Valentine diseluruh penjuru dunia, Islam justru hadir sebagai institusi yang menolak perayaan Valentine tersebut. Arab Saudi misalnya, sebagai wilayah yang dianggap kiblat muslim diseluruh dunia, telah mengharamkan Valentine bagi umat Islam karena dinilai sebagai perayaan kaum Kristen yang penuh kekufuran. Padahal dengan alasan yang tidak jelas, umat Islam di Indonesia (pada umumnya) sebagai negara pemeluk Islam terbanyak di dunia, telah menjadikan Valentine sebagai bahagian yang mesti dirayakan setiap tahunnya (khususnya bagi para remaja).

Barangkali ada benarnya “falsafah konyol” yang menyebutkan “hukum dibuat untuk dilanggar”, sehingga dengan serta merta Valentine yang telah di klaim “haram” bagi pemeluk Islam begitu leluasa mengakrabkan diri . Agaknya syariat kurang berlaku dalam tataran ini. Atau justru syariat memang tak lebih dari seperangkat aturan yang terikat ruang dan waktu, serta terkungkung keadaan tertentu, sehingga perayaan Valentine boleh jadi “berganti wajah” dalam perspektif hukum Islam sesuai dengan keadaannya. Sebagaimana pembelaan pemikir rasional, bahwa tidak ada statement yang qathi (jelas) didalam al-Qur’an maupun hadits terhadap pelarangan perayaan Valentine, sekalipun itu budaya yang tidak lahir dari Islam itu sendiri.

Melihat kenyataan bahwa perayaan Valentine semakin subur ditengah masyarakat Islam (Indonesia khusunya), agaknya syariat memang perlu menghadirkan sebuah argumentasi baru yang lebih memiliki makna generik serta terlepas dari sikap eksklusif yang menekankan prinsip bahwa Valentine lahir dari ajaran Kristen. Dengan kata lain, sungguhpun tidak ditemukan literatur lain selain literatur Kristen yang mampu menghantarkan sejarah Valentine, dan hal ini menandakan bahwa Valentine tidak dapat dibantah sebagai budaya yang datang dari ajaran Kristen, tetap saja ada nilai eksklusif yang akan lahir jika Islam menolak perayaan tersebut dengan alasan ini.

Barangkali, alasan yang lebih rasional dan universal untuk menolak perayaan Valentine bagi umat Islam adalah dengan mengajukan pertanyaan: untuk apa Valentine dirayakan?; cukup beralasankah 14 Februari dideklarasikan sebagai hari kasih sayang?. Maka pertanyaan ini dengan sendirinya akan menghadirkan jawaban bahwa Valentine tidak lain diperingati untuk mengenang santo Valentinus yang hanya ada dalam kayakinan Kristen. Oleh karenanya, kurang tepat jika Valentine dirayakan umat Islam dengan alasan turut merayakan hari kasih sayang. Padahal, Kristen sendri sebagai institusi yang memulai propaganda perayaan tersebut, pernah menghapuskan penanggalan ini dari kalender gereja dengan alasan sejarah yang tidak jelas. Naif sekali jika umat Islam yang notabenenya “ikut-ilutan” justru menjadi vigur yang paling “getol” merayakan Valentine tersebut

0 Comments:

Post a Comment

<< Home