Wednesday, February 14, 2007

ISTILAH - ISTILAH CINTA!!!

Cinta adalah sebuah perasaan yang ingin membagi bersama atau sebuah perasaan afeksi terhadap seseorang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.

Jatuh cinta adalah sebuah rasa yang dimiliki seseorang ketika melihat seseorang lainnya (biasanya dari jenis kelamin yang lain) yang menarik perhatiannya. Apabila kedua orang ini cocok dan menjadi pasangan, maka rasa ini juga masih ada pada permulaan relasi.

Kasih sayang adalah ungkapan hati yang paling dalam yang membuat kita tergiur didalamnya sehingga kita dapat membuat hal yang di luar dugaan yang mana hasilnya positif dan dapat mengurang pikiran negatif kita terhadap lawan jenis yang kita sayangi.

Persahabatan adalah istilah yang menggambarkan perilaku kerja sama dan saling mendukung antara dua atau lebih entitas sosial. Artikel ini memusatkan perhatian pada pemahaman yang khas dalam hubungan antar pribadi. Dalam pengertian ini, istilah "persahabatan" menggambarkan suatu hubungan yang melibatkan pengetahuan, penghargaan dan afeksi. Sahabat akan menyambut kehadiran sesamanya dan menunjukkan kesetiaan satu sama lain, seringkali hingga pada altruisme. selera mereka biasanya serupa dan mungkin saling bertemu, dan mereka menikmati kegiatan-kegiatan yang mereka sukai. Mereka juga akan terlibat dalam perilaku yang saling menolong, seperti tukar-menukar nasihat dan saling menolong dalam kesulitan. Sahabat adalah orang yang memperlihatkan perilaku yang berbalasan dan reflektif. Namun bagi banyak orang, persahabatan seringkali tidak lebih daripada kepercayaan bahwa seseorang atau sesuatu tidak akan merugikan atau menyakiti mereka.

Tuesday, February 13, 2007

SEJARAH VALENTINE’S DAY

The World Book Encyclopedia (1998) melukiskan banyaknya versi mengenai Valentine’s Day :
“Some trace it to an ancient Roman festival called Lupercalia. Other experts connect the event with one or more saints of the early Christian church. Still others link it with an old English belief that birds choose their mates on February 14. Valentine’s Day probably came from a combination of all three of those sources–plus the belief that spring is a time for lovers.”

Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.

Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (lihat: The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St.Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (lihat: The World Book Encyclopedia 1998).

The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.

Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (lihat: The World Book Encyclopedia, 1998).

Kebiasaan mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan St. Valentine. Pada 1415 M ketika the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St.Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi kepada istrinya di Perancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair Inggris mengkaitkannya dengan musim kawin burung dalam puisinya (lihat: The Encyclopedia Britannica, Vol.12 hal.242 , The World Book Encyclopedia, 1998).

Lalu bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” Ken Sweiger dalam artikel “Should Biblical Christians Observe It?” (www.korrnet.org) mengatakan kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti : “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak, -tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, hal itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan (karena memintanya menjadi “Sang Maha Kuasa”) dan menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Dalam Islam hal ini disebut Syirik, artinya menyekutukan Allah Subhannahu wa Ta’ala. Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri!

Saudaraku, itulah sejarah Valentine’s Day yang sebenarnya, yang seluruhnya tidak lain bersumber dari paganisme orang musyrik, penyembahan berhala dan penghormatan pada pastor. Bahkan tak ada kaitannya dengan “kasih sayang”, lalu kenapa kita masih juga menyambut Hari Valentine? Adakah ia merupakan hari yang istimewa? Adat? Atau hanya ikut-ikutan semata tanpa tahu asal muasalnya?. Bila demikian, sangat disayangkan banyak teman-teman kita remaja putra-putri Islam yang terkena penyakit ikut-ikutan mengekor budaya Barat dan acara ritual agama lain. Padahal Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertangggungjawabnya” (Al Isra’ : 36).
APA SESUNGGUHNYA VALENTINE’S DAY?

Assalamu'alaikum wr. wb.,
Banyak orang, diantaranya generasi muda muslim, terjerumus pada kegiatan menyanjung dan mengistimewakan satu hari pada bulan Februari. Mereka serempak merayakan Februari. Mereka serempak merayakan Valentine’s Day, yang juga disebut Hari Kasih Sayang. Kalau memang generasi muda muslim mau sedikit tanggap, maka mustahil mereka mengikuti acara tersebut. Muncul satu pertanyaan dikalangan remaja muslim berkenaan dengan acara tersebut.

Awalnya bangsa Romawi merayakan acara untuk memperingati suatu hari besar mereka, yang jatuh setiap 15 Februari, yang mereka namakan Lupercalia. Peringatan ini dirayakan guna menghormati Juno (Tuhan Wanita) dan Perkawinan, serta Pan (Tuhan dari alam ini), seperti apa yang mereka percayai.

Pada saat itu, digambarkan orang-orang muda “laki-laki dan wanita” memilih pasangannya masing-masing dengan menuliskan nama atau mengundi nama dari orang-orang yang diingin-kannya, kemudian pasangan ini saling tukar bertukar hadiah sebagai pernyataan cinta kasih. Acara ini dilanjutkan dengan berbagai macam pesta dan hura-hura bersama pasangan masing-masing. Pergaulan dengan pasangan yang didapat dalam pesta itu dapat berlangsung lama sesudah pesta itu berakhir. Setelah penyebaran agama Kristen, Para Pemuka Gereja mencoba memberikan pengertian ajaran Kristen terhadap para pemuja berhala itu. Pada tahun 496 Masehi, Paus Gelasius (Pope Gelasius) mengganti peringatan Lupercalia itu menjadi Saint Valentine’s Day, yaitu Hari Kasih Sayang Untuk Orang-Orang Suci.

Dalam sejarah perayaan Valentine, para ahli sejarah tidak setuju dengan adanya upaya untuk menghubungkan hal itu dengan St. Valentine, seorang Pendeta yang hidup di Roma pada tahun 200 masehi, dibawah kekuasaan Kaisar Claudius II. St. Valentine ini pernah ditangkap oleh orang-orang Romawi dan dimasukkan ke dalam penjara, karena dituduh membantu satu pihak untuk me-musuhi dan menentang Kaisar. St. Valentine ini berhasil ditangkap pada akhir tahun 270 masehi. Kemudian orang-orang Romawi memenggal kepalanya di Palatine Hill (Bukit Palatine) dekat altar Juno.

Dalam kaitannya dengan acara Valentine’s Day, banyak pula orang mengkaitkan dengan St. Valentine yang lain. St. Valentine ini adalah seorang Bishop (Pendeta) di Terni, satu tempat sekitar 60 mil dari Roma. Iapun dikejar-kejar karena mempengaruhi beberapa keluarga Romawi dan memasukkan mereka ke dalam agama Kristen. Kemudian ia dipancung di Roma sekitar tahun 273 masehi. Sebelum kepalanya dipenggal, Bishop (Pendeta) itu mengirim surat kepada para putri penjaga-penjaga penjara dengan mendo’akan semoga bisa melihat dan mendapat kasih sayang Tuhan dan kasih sayang manusia. “Dari Valentinemu” demikian tulis Valentine pada akhir suratnya itu. Surat itu tertanggal 14 Februari 270 M. sehingga tanggal tersebut ditetapkan sebagai Valentine’s Day atau Hari Kasih Sayang.

Dari sejarah perjalanan Valentine’s Day ini, sudah selayaknya umat Islam, khususnya generasi muda, untuk tidak mengadakan, memperinci, bahkan mengistimewakannya. Dahlan Basri Ath Thahiri (Ketua Ikatan Masjid Indonesia Pusat) memberikan fatwanya dengan tegas : “Haram hukumnya mengikuti kegiatan Valentine’s Day, dalam bentuk apapun juga.

Tentunya sebagai kaum muslimin, demi menjaga kemurnian aqidah, kita wajib menjauhinya, karena acara Valentine’s Day bertentangan dengan aqidah Islam. Marilah kita merenungkan kandungan makna dari QS. Al Baqarah (2) 120 : “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah (cara hidup) mereka. katakanlah ; “sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”.

Islam dan Argumentasi Penolakan Valentine.


Dari berbagai macam warna dan bentuk aktualisasi perayaan Valentine diseluruh penjuru dunia, Islam justru hadir sebagai institusi yang menolak perayaan Valentine tersebut. Arab Saudi misalnya, sebagai wilayah yang dianggap kiblat muslim diseluruh dunia, telah mengharamkan Valentine bagi umat Islam karena dinilai sebagai perayaan kaum Kristen yang penuh kekufuran. Padahal dengan alasan yang tidak jelas, umat Islam di Indonesia (pada umumnya) sebagai negara pemeluk Islam terbanyak di dunia, telah menjadikan Valentine sebagai bahagian yang mesti dirayakan setiap tahunnya (khususnya bagi para remaja).

Barangkali ada benarnya “falsafah konyol” yang menyebutkan “hukum dibuat untuk dilanggar”, sehingga dengan serta merta Valentine yang telah di klaim “haram” bagi pemeluk Islam begitu leluasa mengakrabkan diri . Agaknya syariat kurang berlaku dalam tataran ini. Atau justru syariat memang tak lebih dari seperangkat aturan yang terikat ruang dan waktu, serta terkungkung keadaan tertentu, sehingga perayaan Valentine boleh jadi “berganti wajah” dalam perspektif hukum Islam sesuai dengan keadaannya. Sebagaimana pembelaan pemikir rasional, bahwa tidak ada statement yang qathi (jelas) didalam al-Qur’an maupun hadits terhadap pelarangan perayaan Valentine, sekalipun itu budaya yang tidak lahir dari Islam itu sendiri.

Melihat kenyataan bahwa perayaan Valentine semakin subur ditengah masyarakat Islam (Indonesia khusunya), agaknya syariat memang perlu menghadirkan sebuah argumentasi baru yang lebih memiliki makna generik serta terlepas dari sikap eksklusif yang menekankan prinsip bahwa Valentine lahir dari ajaran Kristen. Dengan kata lain, sungguhpun tidak ditemukan literatur lain selain literatur Kristen yang mampu menghantarkan sejarah Valentine, dan hal ini menandakan bahwa Valentine tidak dapat dibantah sebagai budaya yang datang dari ajaran Kristen, tetap saja ada nilai eksklusif yang akan lahir jika Islam menolak perayaan tersebut dengan alasan ini.

Barangkali, alasan yang lebih rasional dan universal untuk menolak perayaan Valentine bagi umat Islam adalah dengan mengajukan pertanyaan: untuk apa Valentine dirayakan?; cukup beralasankah 14 Februari dideklarasikan sebagai hari kasih sayang?. Maka pertanyaan ini dengan sendirinya akan menghadirkan jawaban bahwa Valentine tidak lain diperingati untuk mengenang santo Valentinus yang hanya ada dalam kayakinan Kristen. Oleh karenanya, kurang tepat jika Valentine dirayakan umat Islam dengan alasan turut merayakan hari kasih sayang. Padahal, Kristen sendri sebagai institusi yang memulai propaganda perayaan tersebut, pernah menghapuskan penanggalan ini dari kalender gereja dengan alasan sejarah yang tidak jelas. Naif sekali jika umat Islam yang notabenenya “ikut-ilutan” justru menjadi vigur yang paling “getol” merayakan Valentine tersebut

Aktualisasi Perayaan Valentine


Sekelumit catatan “sejarah samar” latar belakang perayaan Valentine yang dipaparkan diatas sesungguhnya masih belum cukup beralasan untuk mengaitkan 14 Februari dengan hari kasih sayang. Anehnya, sampai hari ini aktualisasi perayaan Valentine semakin tumbuh subur dan berkembang pesat seperti pertumbuhan jamur di musim hujan. Padahal, tanpa disadari perayaan ini telah dihapus dari kalender gereja sejak tahun 1969 sebagai sebuah upaya menghilangkan keyakinan terhadap santo-santa yang asal mula sejarahnya hanya sebatas legenda dan masih perlu dipertanyakan.

Aktualisasi perayaan Valentine yang semakin subur ini dapat dilihat dibeberapa wilayah dunia yang turut menyisihkan waktu untuk merayakannya. Seperti di Jepang, hari Valentine, berkat marketing besar-besaran, sebagai hari dimana para wanita memberikan pria yang mereka senangi permen coklat. Ini tidak dilakukan secara sukarela, melainkan sebagai sebuah kewajiban, khususnya bagi mereka yang bekerja di Kantor. Dengan sedikit penambahan ciri khas, Thaiwan juga mengaktualisasikan perayaan Valentine semacam ini.Di Prancis perayaan Valentine dimeriahkan dengan pesta kembang api, sementara di Australia para remaja biasa kumpul disepanjang jalan bersama teman-teman dan pasangan mereka untuk merayakan Valentine. Pada saat yang sama, Valentine dikecam oleh orang Melayu di Malaysia. Dan tanpa disadari pula, budaya bertukaran kado Valentine antara sepasang kekaasih pada tanggal 14 Februari mulai muncul di Indonesia.

Kesamaran Sejarah Valentine

Berbeda dengan hari besar lain semisal 25 Desember sebagai hari natal, atau 12 Rabiul Awal yang merupakan hari kelahiran Muhammad SAW, 14 Februari sesungguhnya memiliki “kesamaran sejarah” sebagai sebuah hari besar. Kebanyakan orang menyebut hari ini sebagai hari “kasih sayang”, namun tidak ada landasan yang kongkrit dan argumentatif untuk menyanggah kebenarannya.Menurut Ensiklopedi Katolik (Catholic Encyclopaedia 1908), istilah Valentine yang disadur dari nama “Valentinus” paling tidak merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda, yaitu: seorang pastur di Roma, seorang uskup Interamna, dan seorang martir di Provinsi Romawi Africa. Koneksi antara tiga martir ini terhadap perayaan hari kasih sayang tidak memiliki catatan sejarah yang jelas. Bahkan Paus Gelasius II pada tahun 496 M menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada hal yang diketahui dari ketiga martir ini. 14 Februari dirayakan sebagai peringatan santa Valentinus sebagai upaya mengungguli hari raya Lupercalica (dewa kesuburan) yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa jenazah santo Hyppolytus yang diidentifikasi sebagai jenazah santo Valentinus diletakkan kedalam sebuah peti emas dan dikirim ke gereja Whiterfiar Street Carmelite Churc di Dublin Irlandia oleh Paus Gregorius XVI pada tahun 1836. Sejak itu, banyak wisatawan yang berziarah ke gereja ini pada tanggal 14 Februari. Pada tanggal tersebut sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.

Catatan pertama dikaitkannya hari besar santo dengan kasih sayang dimulai sejak abad ke-14 di Inggris dan Prrancis, dimana diyakini bahwa 14 Februari merupakan hari ketika burung mencari pasangan hidupnya. Keyakinan ini ditulis dalam karya sastrawan Inggris abad ke-14 bernama Geoffery Chaucer. Dalam karya tersebut dia menuliskan: “…for this was sent on seynt valentyne’s day,…when every foul cometh ther to chosehis matc (inilah yang dikirim pada hari santo Valentinus,…saat semua burung datang kesana untuk memilih pasangannya)”.

Sumber lain dari sebuah kartu Valentine abad ke-14 yang konon merupakan bagian dari koleksi pernaskahan British Library di London menceritakan beberapa legenda santo Valentinus, diantaranya mencatat bahwa: sore hari sebelum Valentinus gugur sebagai syuhada, ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikan kepada sipir penjaranya bertuliskan “dari Valentinus”. Konon ketika itu serdadu Romawi dilarang menikah oleh Kaisar Claudius II, santo Valentinus secara rahasia membantu menikahkan mereka. Itu sebabnya pada zaman tersebut para pasangan yang tengah menjalin cinta lazim bertukar catatan dan memanggil pasangannya sebagai “Valentine”.

Mengapa Islam Menolak Valentine?

“Valentine” menjadi istilah yang akrab dan populer disebutkan untuk momentum 14 Februari. Momentum ini menyimpan nilai tersendiri bagi mereka yang merayakannya. Sehingga tak jarang 14 Februari diaktualisasikan sebagai sebuah perayaan khusus disetiap tahunnya. Dimulai dengan mengemas sebuah kado istimewa, melayangkan ucapan “happy Valentine”, hingga mengadakan perayaan besar bak sebuah resepsi pernikahan. Hal ini dinilai wajar untuk sebuah momentum yang “diistimewakan”.

Namun demikian, kewajaran perayaan Valentine menjadi polemik, bahkan mengundang perbincangan hangat, saat Islam turut ambil bagian untuk mengistimewakan perayaan ini. Valentine yang diyakini sebagai budaya yang lahir dari agama Kristen telah melibatkan sebahagian besar remaja Islam untuk merayakannya. Hal ini dinilai salah sehingga melahirkan klaim “haram” bagi umat Islam yang merayakannya.

Ironisnya, fatwa “haram” untuk perayaan Valentine bagi umat Islam, tidak malah menjadikan pemeluk Islam (khususnya remaja) meninggalkan budaya perayaan Valentine ini, akan tetapi sebaliknya, perayaan tersebut justru mendarah daging dan “membumi” dalam masyarakat Islam pada umumnya. Apakah dikarenakan doktrin tersebut merupakan sebuah “ijtihad” baru yang kurang memiliki kejelasan hukum sebagaimana persoalan kehidupan lainnya, jelasnya fatwa “haram” terhadap perayaan Valentine agaknya kurang memiliki “makna generik” yang pada akhirnya menjadikan fatwa tersebut kurang diindahkan.

HUKUM MERAYAKAN HARI VALENTINE

Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikirannya. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi’ar dan kebiasaan. Padahal Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam: “Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR. At-Tirmidzi).

Bila dalam merayakannya bermaksud untuk mengenang kembali Valentine maka tidak disangsikan lagi bahwa ia telah kafir. Adapun bila ia tidak bermaksud demikian maka ia telah melakukan suatu kemungkaran yang besar. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata, “Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari raya!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Seperti orang yang memberi selamat kepada orang lain atas perbuatan maksiat, bid’ah atau kekufuran maka ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah.”

Abu Waqid Radhiallaahu anhu meriwayatkan: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam saat keluar menuju perang Khaibar, beliau melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik, yang disebut dengan Dzaatu Anwaath, biasanya mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon tersebut. Para sahabat Rasulullah n berkata, “Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami Dzaatu Anwaath, sebagaimana mereka mempunyai Dzaatu Anwaath.” Maka Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda, “Maha Suci Allah, ini seperti yang diucapkan kaum Nabi Musa, ‘Buatkan untuk kami tuhan sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan.’ Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang yang ada sebelum kalian.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata, hasan shahih).

Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah ketika ditanya tentang Valentine’s Day mengatakan :
“Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena: Pertama: ia merupakan hari raya bid‘ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari‘at Islam. Kedua: ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) – semoga Allah meridhai mereka. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya.

Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya.”
Maka adalah wajib bagi setiap orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat untuk melaksanakan wala’ dan bara’ ( loyalitas kepada muslimin dan berlepas diri dari golongan kafir) yang merupakan dasar akidah yang dipegang oleh para salaf shalih. Yaitu mencintai orang-orang mu’min dan membenci dan menyelisihi (membedakan diri dengan) orang-orang kafir dalam ibadah dan perilaku.

Di antara dampak buruk menyerupai mereka adalah: ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah nilai-nilai Islam. Dampak buruk lainnya, bahwa dengan mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka’at shalatnya membaca,
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Al-Fatihah:6-7)
Bagaimana bisa ia memohon kepada Allah agar ditunjukkan kepadanya jalan orang-orang yang mukmin dan dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang sesat dan dimurkai, namun ia sendiri malah menempuh jalan sesat itu dengan sukarela.

Lain dari itu, mengekornya kaum muslimin terhadap gaya hidup mereka akan membuat mereka senang serta dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati. Allah Subhannahu wa Ta’ala telah berfirman, yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Al-Maidah:51)
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Mujadilah: 22)

Ada seorang gadis mengatakan, bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada orang-orang yang memperingatinya.
Saudaraku! Ini adalah suatu kelalaian, padahal sekali lagi: Perayaan ini adalah acara ritual agama lain! Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta adalah sesuatu yang baik, namun bila dikaitkan dengan pesta-pesta ritual agama lain dan tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan seseorang terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka.

Mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria dan wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi porak-poranda.

Alhamdulillah, kita mempunyai pengganti yang jauh lebih baik dari itu semua, sehingga kita tidak perlu meniru dan menyerupai mereka. Di antaranya, bahwa dalam pandangan kita, seorang ibu mempunyai kedudukan yang agung, kita bisa mempersembahkan ketulusan dan cinta itu kepadanya dari waktu ke waktu, demikian pula untuk ayah, saudara, suami …dst, tapi hal itu tidak kita lakukan khusus pada saat yang dirayakan oleh orang-orang kafir.

Semoga Allah Subhannahu wa Ta’ala senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah Subhannahu wa Ta’ala menjadikan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang disebutkan:
“Kecintaan-Ku adalah bagi mereka yang saling mencintai karena Aku, yang saling mengunjungi karena Aku dan yang saling berkorban karena Aku.” (Al-Hadits).

Monday, February 12, 2007

Harap Maklum!!!

Tulisan kali ini bercerita tentang kesedihan, ini sesuai dengan suasana hatiku saat ini. Puisi yang kebanyakan bercerita tentang suasana hati seseorang yang baru aja ditinggal pergi oleh kekasih yang sangat dicintai, hati siapa yang nggak sedih ditinggal oleh orang yang paling disayangi apalagi kepergiannya untuk jangka waktu yang belum bisa ditentukan, apakah dia akan kembali lagi atau tidak akan pernah kembali untuk selamanya. Ntah''

Kadang aku jadi berpikir sebenarnya apa seh makna cinta itu? Bagaimana cara kita bisa membedakan apakah kita benar2 jatuh cinta atau hanya sekedar cinta monyet, tapi rasanya kali ini aku benar benar jatuh cinta. Karena sejak kehadirannya hidupku menjadi terasa lebih sempurna dan lebih bahagia, hari hariku terasa lebih bermakna jika berada masih bersamanya. Dia yang membuat hidupku terasa lebih berarti.

Tapi aku harus bisa melupakan semua kenangan manis dengannya, meskipun itu sangat berat tapi aku harus mencoba karena itu kenyataan yang harus bisa aku terima. Kata orang hidup harus terus dijalani meskipun berbagai rintangan datang menghadang, hidup harus mengalir ibarat air yang tak kenal penghalang.
Aku Merindukanmu

Dari jauh, aku memandangmu
Lewat semua mata hatiku

Dari jauh, aku mengagumimu
Lewat semua kisah tentangmu

Dari jauh, aku mengkhayalkanmu
Tanpa peduli kata hatiku

Dari jauh, aku larut dalam suka citamu
Bagai bertemu air jernih dipadang tandus

Dari jauh, aku hanyut dalam dukamu
Bagi tersesat dalam mimpi buruk

Dari jauh, kukirim do'a untukmu
Do'a tulus, do'a tak bersyarat

Dari jauh, kulukis engkau dalam tidurku
Lewat beragam bunga tidurku

Dari jauh, aku titipkan hatiku padamu
Agar kau senantiasa setia padaku

Kau Yang Disana

Aku memimpikanmu setiap malam
aku memimikirkanmu setiap hari
aku membutuhkanmu disisiku
yang selalu membuatku bahagia
yang selalu membuatku tertawa
aku mencintaimu dengan segenap hatiku
karena kamulah satu-satunya pengisi kalbuku
Sayang

Gelisah hati tak terkira
bila kau jauh dari mata
lemah mendesah jiwa
hati nyata semakin cinta

Engkau laksana sang Rembulan
diatas oh ... Khayangan
hati ku sudah tak tahan
namun tak sampai tangan

Karena kau putri Khayangan
di puncak mahligai tak tercapai pandangan
CINTA

cinta....
tak dapat di paksakan
cinta...
hadir dengan sendirinya
tapi mengapa harus terhalang
oleh sesuatu yang tak semestinya
mengapa tidak dibiarkan
karena saling mencintai
tanpa harus mempermasalahkan
jarak dan waktu
antara aku dan dia cukup jauh
biarkan kami bercinta
karena disitulah
bahagia kami
Kau Yang Terindah

ketika dirimu hadir...
ada rasa yang bergejolak yang tak pernah aku tau sebelumnya...
ada rasa rindu yang begitu besar...
entah itu cinta atau bukan...

semenjak dirimu hadir...
hari_hariku begitu bermakna...
seakan-akan kamu selalu disampingku...
melewati hari-hari bersama berdua...

semenjak saat itu...
aku tak ingin keghilangan dirimu...
aku tak mau jauh darimu...
dan ingin kamu selalu ada buatku..

semoga kamu dapat mengerti arti semua ini..
dan dirimu begitu berarti buatku...
karna dirimu adalah yang terindah...
Cuma sekejap impian

Ketika ku temukan hati yang menganga
ku coba menyadari
bahwa cinta itu tak pernah ada
bahwa cinta itu cuma sekejap impian yang gersang
tapi....mengapa berani ku selami
dan membiarkan mimpiku, khayalku, lukaku
dan kecewaku
berkibar tinggi
Seharusnya....
kubiarkan camar itu terbang sesuka hatinya
biar kekecewaan itu tidak pernah singgah
Seharusnya...
kubiarkan kesepian menukik rendah
Seandainya ku tahu
cinta itu hanya sebungkus rindu yang murahan
yang telanjur kubeli dengan segunung kekecewaan
Hatiku semakin sendu
menakutkan...penuh kebencian
cintaku menjadi biru
Indah....namun malang
Rinduku seperti hantu
yang harus kulempar jauh
kepermukaan langit kelam